Anak perempoean koeroes item koerang lebih sembilan tahoen, menjanji sambil bergantoeng dipintoe mikrolet. Soeatoe siang di Boelak Kapal.
Soenggoeh, soearanja jang tjempreng dan fales sama sekali tak mampoe mengoesir teriknja siang itoe.
Seorang iboe gemoek, penoempang mikrolet bahkan memberengoet mendengar njanjiannja. Kalo soedah begini bisa dipastikan dia tak oesah berharap mendapat sekeping doea keping dari sakoe iboe itoe
Semoga masih ada dari penoempang lain.
Ketika dia toeroen dipersimpangan djalan jang matjet, saja bergegas menjoesoelnja. Sekedjap beberapa keping logam tjepek-an berpindah tangan.
"Terima Kasih, Om" Ujarnja singkat. Sesaat ada binar dimatanja. Namoen lantas lenjap ditengah kesiboekannja tjelingoekan mentjari mikrolet lain jang beloem digelajuti pengamen tjilik lainnja.
Sore hari, ketika saja kembali melaloei persimpangan jang matjet itoe, saja melihatnja lagi. Kali ini tampak lebih santai. Mungkin karena lelah setelah seharian berdjemoer. Iseng saja datangi dia. Kembali beberapa keping koin berpindah tangan. Kembali "terima kasih, Om"nja teroetjap. Kembali ada binar dimata lelahnja. Tapi kali ini dia tak langsoeng lari mengedjar mikrolet.
Dari sitoe kemoedian saja tahoe sedikit tentang dia. Namanja Idjah. Moengkin dari Khadidjah.
Sedjak oemoer lima tahoen dia soedah ditinggal mati iboenja.
Dia hidoep bersama bapaknja jang djoega mentjari nafkah dengan tjara mengamen.
Sekolah?
Tak pernah terbersit dibenaknja jang loegoe.
"Saja mesti tjari oeang boeat bantoe bapak" Djawabnja polos.
Ada keriangan kanak-kanak jang terlihat ketika dia menghitoeng oeang hasil ngamennja hari itoe.
Keriangan polos dari seorang anak, jang beloem lagi sadar betapa masa ketjil dan masa depannja telah direnggoet nasib.
Beberapa poeloeh tahoen silam, bapaknja jang ngamen disitoe, moengkin.
Hari ini, Idjah jang ngamen disitoe
Besok, boleh djadi anak Idjah jang akan ngamen disitoe
Disimpang Boelak Kapal.
Bagi mereka seolah tak ada djalan keloear.
Seolah tak moengkin oentoek mengoebah nasib.
Karena didjaman sekarang ini, bahkan bermimpipoen haroes dibajar.
Apalagi sekolah!
Tidak djaoeh dari sitoe, didjalan tol Cikampek menoedjoe Djakarta, Davin ketjil, sembilan tahoen, mengelendot mandja dipangkoean iboenja. Didalam kenjamanan BMW X5. Bapaknja, lawyer loeloesan Harvard. Kakeknja Komisaris di PT. Anoe. Bagi Davin, djalan hidoepnja seolah telah tergambar. Djelas.
Besok dia tinggal pilih maoe sekolah kemana. Oeang boekan masalah.
Idjah dan Davin memang berpidjak dibumi jang sama, menghiroep oedara jang sama, tapi mereka hidoep disikloes nasib jang sama sekali berbeda. Jang akan teroes membelit mereka. Selamanja(?).