Beberapa boelan silam, ketika chatting dengan seorang sahabat saja jang telah 5 tahoen menetap bahkan beralih kewarganegaraan di negeri Belanda, kalimat ini sempat teroetjap.
"Saja senang karena disini situasi sangat kondoesif, gak ada diskriminasi, Belanda adalah negeri jang sangat toleran menghargai perbedaan"
Oetjapan itoe dilontarkannja menjoesoel pertanjaan seberapa besar peloeang bagi saja dan keloearga saja kalo mentjoba peroentoengan ke sana.
Dengan nada jang penoeh semangat kolega saja menghoedjani negeri baroenja itoe dengan poedjian.
Namoen sekitar doea hari laloe, ketika kami kembali bertoekar kabar melaloei lajar mesin tjerdas kompoeter, nada optimis itoe hilang ditelan kegalaoeannja.
Menjoesoel tewasnja Theo van Gogh, tjoetjoe dari maestro Belanda Vincent van Gogh, soeasana sontak beroebah.
Rentetan pembakaran Mesdjid dan sekolah Islam laksana awan gelap jang memajoengi sitoeasi kondoesif dan penoeh toleransi seperti jang pernah digembar-gemborkan sahabat itoe.
Sajang memang. Bahwa karena seorang Moeslim berdarah Maroko-Belanda memboenoeh Theo van Gogh, serta merta semoea oemat Moeslim di Belanda lantas ditjap bersalah dan haroes menerima akibatnja.
Sebagai manoesia beradab saja mengoetoek tindakan pembakaran itoe, seperti djoega saja mengoetoek pemboenoehan Theo van Gogh. Terlepas dari fakta bahwa Theo - dalam berbagai toelisan dan karjanja entah kenapa selaloe mendjadikan Islam sebagai sasaran - namoen kekerasan apalagi pemboenoehan tidak lantas mendjadi djawabannja.
Kekerasan atas alasan apapoen mestinja tidak mendapat tempat di moeka boemi ini!
Hari ini hati saja menangis. Darah saja mendidih membatja berita pembakaran itoe. Tapi ini tidak haroes memboeat saja menganggap semoea Orang Belanda biadab.
Kedewasaan. Semangat berdamai. Dan kesediaan oentoek memboeka mata hati bahwa djoestroe perbedaanlah jang memboeat doenia ini lebih indah. Itoe semoea jang kita perloekan menanggapi kasoes ini.
Semoga saoedara-saoedara kita di Belanda bisa berlapang hati. Semoga Ramadhan 30 hari penoeh bisa mengadjari kita oentoek mampoe mengendalikan hawa nafsoe. Termasoek dendam dan amarah pastinja.
Dan semoga pihak-pihak jang membakar diboeka mata hatinja. Oentoek melihat Islam setjara lebih proporsional.
Amin.
Monday, November 15, 2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment