Seorang teman hari ini beroelang tahoen. Seperti lazimnja, hari oelang tahoen pastinja selaloe mendjadi hari jang spesial bagi si empuna hadjat. Namoen jang memboeat hari lahir teman saja ini djadi terasa begitoe istimewa adalah karena dihari jang sama seboeah negeri jang dilaloei garis khatoelistiwa, 64 tahoen silam memproklamirkan kemerdekaannja.
'......hal hal mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l. dilaksanakan setjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja' Begitu djandji kedoea pemimpin negeri itoe.
Ironisnja disaat sekarang teman saja ini merajakan hari oelang tahoennja, dia telah mendjadi manoesia jang mandiri, merdeka dan berdaoelat sedangkan negeri di khatoelistiwa itu masih sadja terdjerat dalam hoetang asing dan beloem lagi berdaoelat setjara ekonomi.
Kolonialisme klasik memang telah pergi, tapi gantinja, seiring hengkangnja pasoekan asing jang sekian lama mendjadjah negeri itoe, pendjadjah baroe datang dalam bentuk pindjaman loear negeri, penanaman modal asing dengan perdjandjian jang berat sebelah, invasi boedaya bahkan sampai norma norma. Semuanya masoek berkedok globalisasi dan liberalisasi. Namun oejoeng oejoeng didesain untuk memoeloeskan kepentingan pihak asing.
Kalaoe doeloe para pedjoeang dinegeri itoe meraoet bamboe oentoek mengoesir para pendjadjah dalam perang klasik, sekarang medan tempoernya telah beroebah. Popor sendjata beroebah mendjadi kekoeatan finansial, pedang dan golok mendjadi iptek, dan kekoeatan diplomasi ala M. Roem atawa jang pernah dipertontonkan doeta bangsa dalam konperensi medja bundar mestinja dilandjoetkan saat menjoesoen agreement dengan Freeport atawa Exxon Mobil poen PMA lainnja.
Bagi negeri itoe, perdjoeangan memang sejogianja beloemlah oesai, perang hanya beroebah bentoek. Namoen mereka terlandjoer maboek kemenangan 64 tahoen silam. Laloe berpesta tanpa sadar negeri mereka makin karam. Dalam samoedra ketidakberdajaan.....
Monday, August 17, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)